Warga Muara Angke Habiskan Rp500 Ribu – Rp1 Juta untuk Air Bersih, Pramono: Ini Tidak Adil!


www.bincangekonomi.com.ǁJakarta,4 Desember 2025-Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyoroti serius persoalan air bersih di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara setelah mendapati warga harus merogoh kocek Rp500 ribu – Rp1 juta per bulan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Pramono menyebut, daerah pesisir seperti Muara Angke masih menjadi titik paling rentan terhadap krisis air bersih.

“Untuk Muara Angke memang persoalan di Jakarta Utara terutama adalah air bersih,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Gambir, Rabu (3/12/2025).

Targetkan Cakupan Layanan PAM Jaya

Oleh karena itu, Pramono terus mendorong PAM Jaya mempercepat perluasan jaringan perpipaan air bersih.

Ia menargetkan, cakupan air bersih PAM Jaya pada 2026 mendatang sudah mencapai lebih dari 85 persen.

“PAM Jaya betul-betul kami dorong untuk tahun depan itu kalau bisa capaian untuk air bersih ya sudah di atas 85 persen,” ujarnya.

Pramono Singgung Ketidakadilan

Langkah itu menjadi bagian dari rencana jangka panjang Pemprov DKI Jakarta untuk memastikan seluruh warga ibu kota mendapat akses air bersih tanpa harus terbebani biaya tinggi.

“Sekarang ini memang peningkatannya signifikan, tetapi menurut saya belum cukup, termasuk yang di Angke tadi, daerah yang mohon maaf yang sebenarnya lebih membutuhkan air bersih, tetapi mereka harus membayar. Dan menurut saya yang seperti ini tidak fair,” ucapnya.

Perluasan Cakupan Air Bersih Jadi Prioritas

Orang nomor satu di Jakarta ini pun menjadikan perluasan cakupan air bersih sebagai salah satu program prioritasnya hingga 2029 mendatang.

Menurutnya, perluasan pipanisasi dan penambahan sumber air baku baru menjadi penting untuk mengatasi ketimpangan layanan, khususnya di kawasan pesisir.

Pramono pun menargetkan seluruh wilayah Jakarta sudah harus mendapatkan akses air bersih penuh pada 2029 mendatang.

“Maka kenapa kemudian untuk PAM Jaya perluasan pipanisasi kemudian juga sumber-sumber air bersih baru saya dorong untuk segera diselesaikan,” tuturnya.

Jerit Warga Muara Angke

Warga yang tinggal di pesisir Muara Angke, RW 022 Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, kembali mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih akibat belum adanya aliranPAM ke permukiman mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, warga pun terpaksa membeli air dari pedagang keliling.

Diketahui, harga satu jeriken air bersih dibanderol Rp 5.000.

Untuk satu rumah, warga rata-rata membutuhkan minimal empat sampai enam jeriken per hari, sehingga pengeluaran bisa mencapai sekitar Rp 30.000 per hari atau hampir Rp 500.000 per bulan.

Seorang pedagang makanan, Jay, mengatakan warungnya sangat bergantung pada air jeriken karena tak ada alternatif lain.

“Di sini belum ada PAM, pakainya air jeriken. Satu jerikennya Rp 5.000, per hari sekitar 10 jeriken ada lah, kadang enam juga, tergantung pemakaian,” kata Jay, Selasa (2/12/2025).

Menurutnya, pengeluaran air bulanan cukup besar.

Ia pun berharap akses air bersih bisa lebih mudah didapatkan warga dan pedagang di pesisir Muara Angke.

“Dihitung saja, 30 kali 10 sudah 300 jeriken dikali Rp 5.000. Kalau sudah ada air PAM ya pakai air PAM. Harapannya bisa masuk ke sini air PAM, supaya lebih enak pemakaiannya,” tambah Jay.

Keluhan serupa disampaikan Mumun, warga yang mengaku sudah tinggal lebih dari 24 tahun di Muara Angke.

Ia mengatakan, persoalan air bersih sudah berlangsung sejak dulu dan belum ada kejelasan meski pendaftaran PAM disebut sudah dibuka.

“Karena nggak ada air masuk PAM, dari awal belum ada. Bisa sampai lima jeriken per hari buat mandi, buat nyuci. Sehari bisa Rp 30.000, itu pun nggak dipakai nyuci, kalau nyuci bisa lebih,” katanya.

Mumun tinggal bersama anak dan menantunya di rumah, sehingga kebutuhan air semakin besar.

Ia pun mengaku pengeluaran untuk membeli air bersih cukup memberatkan selama bertahun-tahun ini.

“Hampir Rp500.000 per bulan. Kadang nyicil, kadang ngutang ke tukang air karena sudah langganan. Berat banget. Pindah-pindah kontrakan juga nyari yang ada airnya, tapi di sini air nggak jalan,” ujarnya.

Sementara itu, Soleh, penjual air bersih keliling yang sudah melayani wilayah tersebut selama delapan tahun, mengatakan permintaan warga cukup tinggi.

Setiap harinya, Soleh bisa bolak-balik mengantarkan sampai 100 jeriken air bersih ke rumah-rumah warga Muara Angke.

“Per rumah ini langganan. Kalau yang lain bukan langganan, nggak bisa, kecuali kalau butuh banget baru saya kasih,” tambahnya.

Warga berharap pemerintah mempercepat realisasi pemasangan jaringan PAM ke permukiman mereka agar biaya hidup tidak semakin membebani serta kebutuhan dasar air bersih dapat terpenuhi tanpa harus membeli setiap hari.