BOCOR Teka-teki Sosok ‘Dalang’ Rusuh Indonesia, Prabowo Ungkap Hal Genting, 2 Sosok Ini Disinggung


www.bincangekonomi.com.ǁJakarta,2 Sepetember 2025-Teka-teki sosok yang diduga menjadi aktor atau dalang kerusuhan di beberapa wilayah Indonesia mulai terkuak, Presiden Prabowo Subianto menyinggung hal genting.

Prabowo menyebut ada hal genting yang tak bisa dianggap remeh terkait meluasnya peristiwa kericuhan saat aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi.

Fakta di lapangan menunjukkan dugaan adanya skenario terorganisir di balik gelombang protes yang berujung anarki.

Dari perusakan fasilitas umum, penjarahan rumah pejabat, hingga jatuhnya korban aparat dan warga.

Semua menjadi potret betapa seriusnya ancaman terhadap stabilitas nasional.

Kini, teka-teki siapa sebenarnya “dalang” kerusuhan itu terus diburu jawabannya, hingga Prabowo mengaku sudah mendapatkan laporan.

Seperti diketahui, kericuhan pecah di sejumlah daerah termasuk Jakarta pada Kamis hingga Minggu (28-31/8/2025).

Di Jakarta, massa terbelah, ada demonstran dari buruh, mahasiswa hingga driver ojol menyuarakan aspirasi di pintu masuk gedung DPR RI.

Mereka kompak menyuarakan penolakan tunjangan fantastis Anggota DPR hingga soal ketenagakerjaan.

Prabowo mengatakan, ada demonstran yang benar-benar menyuarakan aspirasi, dan taat dengan aturan yang berlaku.

Namun sebaliknya ada hal genting demonstran yang ricuh hingga melawan petugas dan melakukan pembakar adalah perusuh yang dari awal berniat untuk membuat kerusuhan.

Dari laporan yang didapat Prabowo, para perusuh ini dikirim ke titik demonstrasi dan dipersenjatai petasan.

“Kalau demonstran murni yang baik justru oleh aparat harus  dilindungi. Hak menyampaikan pendapat dijamin oleh Undang-Undang,” kata Prabowo di RS Polri Kramat Jati, Senin (1/9/2025).

“Tapi ada ketentuannya, demonstrasinya harus damai, harus sesuai Undang-Undang. Jadi undang-undang mengatakan kalau mau demonstrasi harus minta izin dan izin harus dikasih, dan berhentinya jam 18.00.”

“Di banyak tempat, saya dapat laporan datang truk-truk di situ ada petasan-petasan yang berat yang besar dan ini anggota (polisi) banyak kena petasan,”

Menurut Prabowo, dalang di balik para perusuh ini memang berniat melawan pemerintah yang sedang berusaha menghilangkan kemiskinan.

“Ya, ini sudah, menurut saya memang udah udah perusuh, niatnya membakar. Diketemukan ya truk isinya alat-alat untuk membakar dan kita lihat di banyak tempat, gedung DPRD ini adalah instansi negara yang menjalankan kedaulatan negara, alat demokrasi, dibakar.”

“Jadi niatnya bukan niatnya bukan menyampaikan pendapat. Niatnya adalah bikin rusuh, niatnya adalah mengganggu kehidupan rakyat.”

“Niatnya adalah menghancurkan upaya pembangunan nasional untuk menghilangkan kemiskinan. Pemerintah kita berjuang keras untuk membela rakyat kecil. Semua program saya membela rakyat kecil,” papar Prabowo.

Ketua Umum Partai Gerindra itu juga mengatakan, aksi kerusahan hingga pembakaran yang terjadi sudah terencana.

“Saya lihat ini terencana ini, datang ke suatu tempat bukan berasal dari situ, mau membakar, mau merusak, dan menciptakan amarah rakyat,” jelasnya.

Prabowo mengaku sudah mengidentifikasi dalang di balik kerusuhan di sejumlah daerah, dan dia bertekad menghadapinya.

“Dan ingat di Sulawesi Selatan, ASN, orang tidak bersalah, orang tidak berpolitik, korban, gedung DPR dibakar. Ini tindakan-tindakan makar ini. Ini bukan penyampaian aspirasi ya. Jadi semua aparat negara akan selidiki siapa yang bertanggung jawab ya. Kita, menduga kita sudah ada indikasi-indikasi, dan kita akan tidak ragu-ragu.”

“Saya tidak ragu-ragu membela rakyat Saya akan hadapi mafia-mafia,” jelasnya.

Dalam Dugaan Penyokong Kericuhan

muncul isu kericuhan yang terjadi diduga akibat dua sosok yakni Riza Chalid dan George Soros.

Riza Chalid kerap dijuluki ‘Saudagar Minyak’ dan George Soros adalah taipan media.

Nama Riza Chalid mencuat di tengah eskalasi demo yang berujung kericuhan di berbagai daerah.

Namanya pun beberapa kali disebut oleh menteri Kabinet Merah Putih.

Riza disebut sebagai bagian dari pencapaian Prabowo Subianto dalam pemerintahannya karena berhasil ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi migas.

Ada tiga menteri yang menyinggung nama Riza Chalid yakni Menteri Koordinator (Menko) Pangan, Zulkifli Hasanl Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding; dan Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono.

Terkait hal ini, Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, pun buka suara.

Ia menegaskan pihaknya bakal menindaklanjuti soal isu Riza Chalid terlibat dalam demonstrasi yang berujung kericuhan di berbagai daerah.

Listyo Sigit mengatakan akan melakukan penyelidikan berdasarkan fakta dan bukti yang ditemukan di lapangan.

Kapolri menyebut, pihaknya tengah menelusuri seluruh pihak yang diduga berperan dalam kerusuhan, termasuk pelaku lapangan, aktor intelektual, dan pihak yang diduga membiayai aksi anarkis yang menyebabkan kerusakan fasilitas publik dan gedung pemerintahan.

“Kita akan menarik dari fakta yang kita dapat. Akan terus kita cari baik pelaku di lapangan, aktornya, siapa yang membiayai—semua akan kita cari,” tegasnya.

Media Rusia Sebut George Soros Biayai Demo Rusuh di Indonesia

Selain Riza Chalid, nama konglomerat media, George Soros juga disebut sebagai aktor yang diduga membiayai demonstrasi berujung rusuh di Indonesia.

Tuduhan ini disampaikan oleh analisis geopolitik dan hubungan internasional, Angelo Giuliano, dikutip dari media asal Rusia, Sputnik, Senin.

Guliano menyebut George Soros diduga membiayai demo di Indonesia melalui organisasi nirlaba miliknya yaitu Open Society Foundations.

“George Soros ‘Open Society Foundations’, yang sudah berdiri sejak 1990-an dengan membiayai 8 miliar dolar AS secara global dan mendukung kelompok seperti TIFA, diduga turut berkontribusi,” kata Guliano.

Tak cuma itu, dia juga menyebut adanya dugaan keterkaitan demonstrasi di Indonesia dengan National Endowment for Democracy (NED), lembaga yang disebut telah mendukung sejumlah media di Indonesia sejak tahun 1990.

Dikutip dari laman resminya, NED berdiri pada tahun 1983 berdasarkan UU Kongres di Amerika Serikat (AS) sebagai organisasi nirlaba independen dan non pemerintah yang berfokus pada pemberian hibah guna memperkuat institusi dan nilai-nilai demokrasi di seluruh dunia.

Hingga saat ini, total ada 60 negara telah kerap dibiayai dana hibah dari NED melalui empat lembaga intinya yaitu Pusat Peruashaan Swasta Internasional, Institut Republik INternasional, Institut Demokrasi Nasional, dan Pusat Solidaritas.

Adapun negara yang dibiayai itu tersebar di seluruh Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, Asia Pasifik, dan Afrika.

Pada artikel yang sama, penulis buku The China Trilogy dan pendiri Seek Truth From Facts Foundation, Jeff J Brown, menyebut situasi yang terjadi di Indonesia saat ini sama dengan kondisi di Serbia.

Adapun kesamaan yang dimaksud yakni peristiwa demonstrasi ini adalah bagian dari strategi revolusi warna.

“Ini adalah skenario yang sama persis yang terjadi di Serbia. (Negara anggota) G7 menginginkan diktator lain yang didukung AS, seperti Suharto di masa lalu,” ujarnya.

Brown menilai negara anggota G7 merasa tidak senang dengan masuknya Indonesia dalam keanggotaan BRICS.

BRICS merupakan orangisasi antar pemerintah yang terdiri dari sepuluh negara saat ini yaitu Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Etiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.

“Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan telah secara terbuka bekerja sama dengan China dalam inisiatif global Belt and Road Initiative,” kata Brown.

Besarnya ekonomi dan penduduk Indonesia, menurut Brown, menjadi target para imperialis Barat untuk diserang dengan revolusi warna.

“Dari sudut pandang Barat imperialis, semua ini menjadikan Indonesia sebagai target utama yang layak diserang dengan revolusi warna yang dirancang Barat,” ujarnya.