5 Jurus Pramono Tangani Banjir Jakarta: Naik Helikopter hingga Merenung Ogah Melawan

www.bincangekonomi.com.ǁJakarta,9 Juli 2025- Baru empat bulan menjabat Gubernur Jakarta, Pramono Anung sudah harus menghadapi dua kali banjir.
Dua pekan setelah dilantik pada 20 Februari 2025 lalu, Jakarta diterjang banjir .
Hampir sepekan pada awal Maret 2025, sejumlah wilayah di Jakarta tergenang.
Kini, banjir kembali melanda Jakarta pada awal Juli 2025.
Sebagai orang nomor satu di Jakarta, Pramono tidak tinggal diam.
TribunJakarta mencatat lima jurus atau hal yang dilakukan Pramono saat Jakarta dikepung banjir.
Rapat Mendadak
Pada Selasa (4/3/2025), Pramono menggelar rapat mendadak di Pintu Air Manggarai, kala Jakarta Siaga 2 banjir.
Ia memberi arahan kepada jajarannya dari Dinas Sumber Daya Air, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga para wali kota.
“Kami mengadakan rapat yang agak mendadak secata khusus karena memang seperti ketahui bahwa ketinggian permukaan air di Manggarai saat ini sudah di 850 (meter),” ucapnya, Selasa (4/3/2025).
“Kalau tinggi permukaan air di Manggarai sudah 850, artinya Jakarta sekarang sudah Siaga 2,” tambahnya menjelaskan.
Dalam rapat tersebut, ada beberapa pengarahan yang disampaikan Pram kepada jajarannya, salah satunya memerintahkan Dinas SDA untuk mulai membuka pintu-pintu air guna mengurai debit air di Kali Ciliwung.

Pasalnya, saat ini wilayah-wilayah yang dilintasi Kali Ciliwung jadi lokasi terdampak banjir paling parah.
“Di Ciliwung sekarang ini masyarakat menghadapi beban yang cukup tinggi. Maka tadi saya sudah meminta kepada bu Ika yang bertanggung jawab untuk mengatur pintu-pintu air,” ujarnya.
Adapun beberapa pintu air yang akan dibuka ialah pintu air yang mengarah ke Ciliwung Lama, Banjir Kanal Barat, hingga yang mengarah ke Masjid Istiqlal.
Meski demikian, Pram menjamin pembukaan pintu-pintu air ini tak akan berdampak pada wilayah lain di Jakarta.
“Pintu air yang ke Istiqlal ini akan kami jaga, kami menjamin Istiqlal enggak akan banjir,” kata Pram.
Naik Helikopter Memantau
Setelah Jakarta tiga hari diterjang banjir sejak Senin (3/3/2025), Pramono memantau kondisi wilayahnya naik helikopter pada Kamis (6/3/2025).
“Kalau dilihat dari atas tadi kehidupan Jakarta sudah mulai normal kembali,” ucapnya.
Ia turut didampingi oleh Plt Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Ika Agustin Ningrum, Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Marulitua Sijabat, Kepala Korpolairud Baharkam Polri Irjen Pol Mohammad Yasin Kosasih, serta Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Erdi A Chaniago.

Tak cuma berkeliling di wilayah Jakarta, Pram bersama rombongan juga turut memantau banjir di kawasan Bekasi, Jawa Barat.
Dari hasil pantauan udara, Pram menyebut, beberapa wilayah di Bekasi masih lumpuh akibat banjir.
“Dari tinjauan tadi, malah Bekasi sampai hari ini masih serius, Babelan adi hampir semua rumah-rumah penduduk masih terkendala banjir yang serius,” kata dia.
Aksi Gubernur Pramono memantau banjir dari udara menuai reaksi negatif dari pengguna media sosial.
Orang nomor satu di Jakarta ini pun dirujak netizen gegara lebih memilih naik helikopter ketimbang turun langsung ke lokasi banjir.
Pramono pun angkat suara soal hujatan yang ditujukan kepadanya, ia pun menjelaskan alasan dirinya memilih memantau banjir dari udara.
“Kenapa pakai helikopter? Ya kalau pakai helikopter kan memang kami ingin melihat tempat-tempat mana yang masih potensi untuk terjadi penyumbatan atau enggak,” ucapnya, Kamis (6/3/2025).
Dengan melihat lewat udara, Pram berdalih, dirinya bisa melihat secara keseluruhan kondisi Jakarta sehingga dapat melakukan langkah-langkah antisipasi untuk meminimalisir dampak banjir.
Apalagi BMKG kembali memprediksi Jakarta dan sekitarnya bakal kembali diterjang hujan deras pada periode 11-12 Maret mendatang.
“Saya bersyukur tadi melihat dari atas sehingga bisa memotret secara keseluruhan dan ke depan kita jauh lebih siap untuk mengatasi itu,” ujarnya.
“Sehingga dengan demikian, antisipasi yang sudah dilakukan dan akan dilakukan oleh Pemerintah Jakarta lebih baik,” sambungnya.
Modifikasi Cuaca
Pramono juga meminta BPBD Jakarta melakukan modifikasi cuaca untuk menghadapi prakiraan cuaca ekstrem pada 11 Maret 2025 mendatang agar tidak terjadi banjir kembali.
“Saya sudah meminta kepada BPBD untuk melakukan modifikasi cuaca dan sekarang ini sudah mulai dilakukan. Karena memang yang begitu tidak bisa mendadak,” ucapnya, Sabtu (8/3/2025).
Pramono pun berharap, modifikasi cuaca yang dilakukan efektif mengurangi curah hujan yang turun di Jakarta dan sekitarnya.
Sehingga dampak dari cuaca ekstrem, seperti yang terjadi pada saat Hari Raya Imlek dan Senin (3/3/2025) kemarin tak terulang kembali.
“Antisipasi paling utama adalah untuk tanggal 11 Maret besok. Kalau tanggal 11 kemudian kita bisa lalui, artinya curah hujannya tidak setinggi seperti kemarin maupun ketika malam Imlek, mudah-mudahan ini akan tertangani,” ujarnya.
Kerja di Luar Nalar
Sementara itu, sudah bekerja sampai di luar nalar hingga tidak tidur menangani banjir Jakarta pada awal Juli 2025.
Seperti diketahui, banjir merendam sejumlah wilayah Jakarta sejak Minggu malam (6/7/2025) hingga Senin (7/7/2025). Setelah hujan kembali menerjang, Jakarta pun kembali banjir hingga hari ini, Rabu (9/7/2025).
Pada Senin pagi (7/7/2025), Pramono Anung menggelar konferensi pers, memaparkan apa saja yang sudah dikerjakannya semalaman demi menanggulangi banjir Jakarta.
“Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan kalau dilihat mata saya, Bu Ika (Kepala Dinas Sumber Daya Air Jakarta) dan sebagainya, kami rata-rata belum ada yang tidur karena memang baru pertama kali dalam kepemimpinan saya selama 4 bulan ini, inilah banjir yang terjadi bersamaan,” kata Pramono usai meninjau pengerukan kali irigasi di Cakung, Jakarta Timur, Senin (7/7/2025).

Politikus senior PDIP itu mengatakan, sejak kemarin hingga hari ini, Jakarta diterjang tiga jenis banjir yang berbeda sekaligus.
“Yang pertama adalah banjir kiriman, yang kedua adalah banjir karena curah hujan yang ada di tempat di Jakarta.”
“Yang ketiga pas bersamaan rob atau permukaan air lautnya naik,” papar Pramono.
Sampai pukul 03.00 WIB subuh, Pramono mengaku masih berkoordinasi dengan jajaran.
“Sejak tadi malam saya kontrol satu-satu para wali kota, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Sampai jam 3 pagi pun kami masih berkomunikasi,” ucapnya.
Pramono pun memaparkan, salah satu yang dilakukan Pemprov Jakarta dalam menangani banjir adalah dengan mengerahkan pompa di waktu yang tepat.
Ia baru mengaktifkan pompa ketika banjir rob mulai surut.
“Pasti masyarakat Jakarta banyak yang tidak mengetahui bahwa permukaan air laut Jakarta baru turun jam 10.30 tadi malam.”
“Sehingga baru saat itulah kemudian kita menggunakan pompa yang dimiliki oleh pemerintah Jakarta kurang lebih 600.
“Dari 600 pompa itu karena airnya begitu banyak akhirnya 10 pompa terbakar,” kata Pramono.
Ancaman banjir di Jakarta pun belum berhenti. Pramono menyebut, masih ada potensi banjir dari curah hujan dan rob berdasarkan ramalan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Kemungkinan satu dua hari ini ada rob, permukaan air naik dan sekaligus ada hujan. Dan itu saya sudah meminta kepada Bu Ika dan teman-teman kita stand by-kan untuk mengatasi itu,” katanya.
Pramono pun menyebut kerja penanganan banjir yang dilakukannya bersama jajaran sudah di luar nalar, hingga hasilnya bisa menjadi pengalaman berharga dalam menangani banjir selanjutnya.
“Pengalaman kita dari semalam itu menunjukkan bahwa sebenarnya kerjanya sudah apa ya, Bu Ika tadi bilang di luar nalar lah gitu ya. Karena jam 10.30 (malam) itu sebenarnya belum bisa dipompa, tapi kalau tidak dipompa, mohon maaf, semalam itu beberapa daerah yang strategis pasti akan tergenang, tetapi akhirnya dipompa pelan-pelan.”
“Daerah-daerah strategis seperti Bundaran HI, istana dan sebagainya yang kita rawat jangan sampai kena banjir sedikit pun. Dan Alhamdulillah dengan pengaturan yang ada
sampai dengan malam kurang lebih jam 12-an (malam) lah itu mulai tertangani dengan baik dan pagi ini semuanya berjalan lancar.
“Mudah-mudahan apa yang dilakukan oleh (dinas) sumber daya air dan juga para wali kota bekerja sangat baik bersama-sama menangani banjir semalam.”
“ini memang itu baru pertama kali dan saya sampai sekarang belum tidur,” tutup Pramono.
Merenung Ogah Lawan banjir
Setelah berjibaku menangani banjir yang sudah tiga hari pasang surut, Pramono akhirnya merenung dan menyimpulkan satu hal.
“Kalau melihat banjir yang kemarin yang terjadi di Jakarta, maka setelah saya merenung banjir itu terkadang memang tidak bisa dilawan,” kata Pramono usai meninjau tanggul inspeksi Kali Ciliwung yang berada di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (8/7/2025).
Menurut Pramono, banjir Jakarta hanya bisa disiasati agar tidak memakan korban dan seminimal mungkin merugikan masyarakat.
“Maka untuk itu kita harus mensiasati bagaimana supaya banjirnya tidak memberikan dampak negatif atau dampak kepada warga,” ujarnya.

Pramono mengatakan, banjir yang terjadi di Jakarta cukup kompleks, karena berasal dari tiga sebab berbeda.
“Pada saat bersamaan ada banjir kiriman dari atas, karena apa? Curah hujan sedang tinggi di atas. Di Jakarta sendiri curah hujannya juga tinggi, sedangkan di laut sedang terjadi pasang atau yang disebut dengan rob, airnya tidak bergerak,” ujarnya.
Orang nomor satu di Jakarta ini pun menyampaikan apresiasi kepada jajarannya yang telah bekerja menangani banjir.
“Secara khusus saya ingin berterima kasih pada orang di garis terdepan untuk menangani persoalan ini. Saya betul-betul mengharapkan saudara tetap bekerja keras, bekerja dengan hati, bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing untuk menangani banjir ini,” ucapnya.
.
.
.
.